Senin, 10 November 2008

Ketua I Ikatan Alumni PA Tambatan Hati

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah lebih dari 50 tahun meninggalkan Tambatan Hati yang saya cintai pikiran saya kembali melayang ke masa kanak-kanak saya sampai saya diterima menjadi Aspiran Kadet (seperti SMA Nusantara sekarang) kemudian menjadi Kadet dan diterima menjadi Perwira Angnkatan Laut.

Saya dilahirkan di Bandung 5 Mei 1939 dari keluarga miskin, kakak saya laki-laki telah meninggal dua tahun sebelum saya dilahirkan. Ayah saya meninggal ketika saya berumur dua tahun, pada saat Ibu saya sedang mengandung adik saya 6 bulan, Ibu saya melahirkan lagi adik perempuan tetapi adik saya tersebut hanya berusia enam hari lalu meninggalkan kita kami untuk selama-lamanya. Kemudian Ibu saya meninggal setahun berikutnya pada saat Tentara Jepang telah masuk menduduki pulau Jawa. Selama lima tahun saya dalam asuhan teman baik Ibu saya sebelum saya dimasukkan ke Panti Asuhan Tunas Harapan di jalan Pasir Kaliki Bandung pada tahun 1947.

Saya tidak mengalami masalah mengenai sekolah. Saat pendudukan Jepang saya dimasukkan di Taman kanak-kanak sampai Sekolah Rakyat (SR) kelas satu dan dua, setelah kelas tiga saya masuk di Sekolah Sending di Pasir Kaliki dekat Panti Asuhan. Sejak berumur enam tahun saya sudah mendapatkan tuntunan sebagai pemeluk Agama Islam, oleh karena itu setelah saya naik ke kelas lima SR saya dipindahkan ke Panti Asuhan yang memiliki dasar berpendidikan agama Islam yaitu Tambatan Hati di jalan Banjaran no. 63 Bandung. Disini saya dididik dan diasuh selama enam tahun, saya mendapatkan pendidikan budi pekerti, pendidikan agama Islam, kepanduan serta organisasi rumah tangga seperti di rumah sendiri disamping melanjutkan sekolah di SD Negeri jalan Ciateul no. 114 Bandung, lalu SMP Negeri 3 jalan Kabupaten Bandung.

Sampai saya menamatkan SMP saya belum punya cita-cita yang tetap, cita-cita saya sangat sederhana pada saat itu yaitu ingin cepat-cepat jadi orang yang berguna di masyarakat. Tidak ingin menjadi sampah masyarakat, tidak ingin terus menerus menjadi beban negara dan masyarakat, tidak pula ingin dipelihara negara dengan cuma-cuma terus menerus, ingin mendapatkan sekolah yang berikatan dinas yang mendapatkan bea siswa. Saya sempat mengikuti test masuk masuk sekolah perawat di Rumah Sakit Imanuel tempat dimana saya dilahirkan. Test masuk Sekolah Pengamat Geologi dan test masuk sekolah Pengamat Tera Departemen Perdagangan, tetapi ketika saya dipanggil untuk masuk sekolah saya tidak datang karena saya berpikiran lain pada saat itu. Saya sempat memasuki beberapa sekolah setelah lulus SMP yaitu SGA Negeri di jalan Gatot Subroto Bandung selama tiga bulan, lalu pindah ke SMA Negeri 5 di jalan Jawa Bandung selama empat bulan, kemudian pendidikan berikatan dinas yaitu Sekolah Pengamat Telkom (PTT waktu itu) di jalan Ambon 15 Bandung selama enam bulan, seudah sempat mendapatkan uang saku tiap bulan mencicil sepeda ”Simpleks” beli baju, celana dan sepatu dari uang saku yang saya terima setiap bulan.

Setelah selama satu tahun mencoba dan mencoba sambil tak lupa saya terus berdo’a dan berdo’a akhirnya saya menemukan jalan yang diridhoi Allah SWT menuju cita-cita sesungguhnya yaitu dengan memenuhi panggilan Angkatan Laut Republik Indonesia untuk dididik dan di gembleng menjadi calon kadet Perwira Angkatan laut. Bersama-sama rubuan calon lainnya dari seluruh pelosok nusantara, kami memilih menjadi putra samudra sejati, mengejar prestasi, mengubah kesempatan menjadi harapan.
Saya memulai perjalanan dengan mengendarai sepeda yang saya beli dari Koperasi Sekolah Pengamat Telekomunikasi dimana saya sekolah pada waktu itu, dari Bandung menuju Jakarta lewat Purwakarta-Karawang dan Bekasi menuju Dinas Penerimaan Tenaga Angkatan Laut (DEPETAL) di Jalan Gunung Sahari Jakarta. Setelah menyerahkan berkas-berkas administrasi yang diperlukan, saya ditampung di Mess Angkatan Laut Matraman bersama beberapa calon lainnya yang berasal dari Sumatra selama dua hari sambil menunggu untuk diberangkatkan dengan Kereta Api menuju Kesatrian Angkatan Laut Malang.
Hari ketiga rombongan kami dipimpin oleh seorang Bintara Angkatan Laut naik kereta api menuju ke Malang. Selama dua minggu di Ksatrian Angkatan Laut Malang kami menjalani bermacam-macam test dan seleksi seperti seleksi persyaratan administrasi, test pengetahuan umum, test kesehatan, test olah raga (jasmani) serta psiko test dan sidang komisi penerimaan akhirnya kami empatpuluh lima dari sekitar dua ribu calon yang lolos seleksi administrasi diterima menjadi Aspiran Kadet.
Sebelum saya mengikuti pendidikan yang panjang ini saya terlebih dahulu harus menandatangani dua surat perjanjian yaitu Pemutusan Ikatan Dinas saya dengan PT. Telkom dan perjanjian Ikatan Dinas saya dengan Angkatan Laut Republik Indonesia. Berkat do’a adik-adik di Tambatan Hati serta berkat ridhoNya semua urusan itu berjalan dengan lancar tanpa hambatan sedikitpun.

Di Bumi Moro kami menekuni pembinaan mental dan kepribadian prajurit matra laut serta ilmu-ilmu pendukung profesi, sebuah janji dan prasetya kami untuk takkan menepi sebelum berakhir dan pantang putar haluan meski badai menanti. Banyak diantara teman-teman merasalan dunia kehidupan diasrama lain dari kebiasaan sebelumnya, sifat-sifat dan cara kehidupan yang berbeda dengan kehidupan sebelumnya di rumah masing-masing. Namun bagi saya yang sudah digembleng dalam kehidupan asrama Tambatan Hati yang serba disiplin selama enam tahun bukan merupakan hal baru, dengan mudah saya beradaptasi dengan kehidupan yang baru tersebut. Sehingga kerja keras dan konsentarsi saya hanya terfokus kepada semua pelajaran, pembinaan dan latihan pendukung profesi saja.

Selama lima tahun kami hidup dalam pendidikan di Bumi Moro (AAL) kami mengalami dua tahap pendidikan yaitu tahap pertama masa Aspiran Kadet (persamaan dengan SMA) selama dua tahun dan tahap masa kadet (masa Akademi) selama tiga tahun.

Setelah selesai mengikuti program persamaan dengan SMA tersebut kami empat puluh orang dari lima puluh Aspiran Kadet dinyatakan lulus pendidikan tahap pertama berarti telah dinyatakan lulus ijasah persamaan SMA, sedangkan yang sepuluh orang dikembalikan ke masyarakat untuk melanjutkan sekolah di SMA. Bersambung.........

Tidak ada komentar: